Rindu Tak Sampai
Gemercik air dan kicau burung menajadi satu, angin
berhembus dengan lembutnya membuat pepohonan bergoyang seirama dengan arah mata
angin tersebut. Suasana Desa yang masih Asri membuat hati dan pikiran menjadi
tenang dan nyaman berada disana. Aku menikmati suasana itu setiap hari, karena
aku tidak akan merasakan suasana ini di Jakarta. Bangun lebih awal dan segera
bergegas berlari-lari kecil di jalan raya, itulah yang aku lakukan setiap hari.
Kadang aku sampai lupa jika aku di sana hanya beberapa hari saja.
Setelah satu mingu berada di kampung halaman tercinta aku
segera berangkat menuju Jakarta kembali karena pekerjaan sudah menungguku
dengan sabar.
Namaku Zihan Cantika, aku sering dipanggil Zihan oleh
teman-temanku dan begitupun sahabatku. Aku dan dua orang sahabatku selalu
berkumpul saat masih sekolah, namun setelah kami semua bekerja membuat banyak
sekali kesibukan dan berbagai alsan saat akan berjumpa.
Raka Nur Adiputra dan Muhammad Hilmi adalah sahabat
baikku sejak kecil. Kami bersekolah di sekolah yang sama, sampai akhirnya kami
berpisah karena aku harus pindah ke Batam dan mereka tetap di kampung halamanku
Solo. Rasanya aku tak bisa berpisah dari mereka tapi aku tidak bisa membantah
kedua orangtuaku, disana aku bekerja selama satu tahun dan selama disana aku
selalu menghabiskan waktu luangku bersama kedua sahabatku. Tak cukup rasanya
waktu kami bertiga untuk terus bertukar kabar tanpa adanya sebuah pertemuan.
Tahun baru di Batam ...
Rasa gembira membuat aku lupa jika ada hal yang haru aku
lakukan di malam tahun baru itu, sampai pada akhirnya ada konflik antara
persahabatan kami bertiga. Aku merasa tak enak hati kepad mereka namun apalah
daya aku tidak bisa mengusahakn apa-apa karena aku sibuk dengan pekerjaanku dan
tidak sempat untuk melihat handphone sama sekali.
Selama tiga bulan aku tidak bertukar kabar dengan Raka
dan Hilmi, tapi bukan Zihan namanya jika tidak tau apa yang harus dilakukan.
Aku memutuskan untuk pulang ke Solo, walaupun aku banyak
berdebat dengan atasanku kala itu aku sangat ingin pulang lebih awal dari
biasanya, karena aku ingin mempertahankan persahabatan antara Aku, Raka dan
Hilmi.
Sesampai di tempat kelahiranku, aku tidak bisa menemukan
mereka. Padahal aku hanya tidak betukar kabar dengan mereka beberapa bulan
saja. Kedua orangtua mereka bilang
jika mereka berdua bekerja di
Tuban, ingin rasanya aku susul mereka namun aku tidak bisa berlama-lama di
tempatku aku harus segera kembali.
Aku selalu berusaha menghubungi mereka tapi sayangnya
belum pernah ada jawaban, melalu media sosial atau bahkan menggunakan surat
kabar sudah aku lakukan, namun hasilnya tetap sama. Tidak ada kabar sama
sekali.
Rahasia Tuhan memang selalu menjadi kejutan bagiku, pada
ulang tahunku mereka memberikanku kado dan itu sangat indah sekali. Baju yang
sudah lama ingin aku beli dan beberapa aksesoris lainnya yang aku inginkan kala
itu, semuanya ada disana. Aku sangat senang dengan hadiah yang sahabatku berikan
sampai-sampai aku tidak menyadari jika air mataku mengalir dengan derasnya.
Di dalam kotak itu aku menemukan berbagai kenangan kami
selama bersama, foto bersama saat kami masih kecil dan disetiap ulang tahun
kami masing-masing selalu ada momen indah. Walaupun hanya hal sederhana tapi
aku sangat suka dengan kesederhanaan itu.
Aku membaca setiap surat yang mereka berikan, aku segera
menelpon nomor yang tertera disana. Aku sangat bahagia karena panggilan
tersebut terhubung. Aku menunggu jawaban dari sana, dan akhirnya aku mendengar
suara suara laki-laki yang selama ini aku rindukan.
Perlahan aku menghapus setiap air mata yang semakin deras
mengalir dan aku berbicara dengannya dengan penuh rasa rindu dan amat sangat
rindu. “Hilmi, aku tuh kangen tau sama kamu. Aku itu pulang ke Solo buat ketemu
kalian berdua tapi hasilnya apa? Aku ngga dapet apa-apa. Kalian itu kemana sih?
Aku udah hubungin kalian berkali-kali tapi ngag ada yang bisa aku hubungi sama
sekali. Tega tau ngga.” Dengan sedikit terisak Aku mencoba untuk tetap tegar.
Karena dianatara mereka Aku adalah orang yang paling berani menentang segala
aturan kala itu.
Aku memang tidak bisa berbicara dengan Raka namun
setidaknya aku sudah berbincang dengan Hilmi walaupun hanya sekejap tapi aku
sangat bahagia. Setelah ulang tahunku aku kembali menjadi seorang yang periang
dan cukup susah untuk di kondisikan, karena setiap pagi Hilmi dan Raka akan
memberikan pesan ucapan selamat pagi atau bahkan beberapa perhatian mereka di
pagi hari ataupun di malam hari. Aku dan kedua sahabatku memang tidak pernah
lagi menghabiskan waktu dengan video call namuan pesan-pesan yang mereka kirim
setidaknya mewakili perasaan mereka masing-masing. Rasa rindu yang semakin hari
menggebu-gebu.
Seiring berjalannya waktu aku merasa aneh dengan pesan
yang mereka kirim, karena seolah-olah pesan itu di kirim oleh orang yang sama.
Aku merasa aneh karena rasanya setiap hari aku mendapatkan pesan yang sama tapi
dari orang ynag berbeda.
Awalnya aku tidak hiraukan perasaan itu, namun semakin
lama aku semakin yakin sepertinya itu bukan sahabatku yang dulu aku kenal.
Pertanyan demi pertanyaan bermunculan dalam benakku, aku mencoba menelpon
mereka tapi mereka tidak pernah menjawab telponku.
Akhirnya aku memutuskan kembali ke Solo walaupun aku
harus kehilangan pekerjaan setidaknya aku tidak kehilngan sahabat terbaikku.
Namun, takdir tuhan berkata lain.
Aku tidak dapat berjumpa dengan mereka,
Rasa hancur, rasa kecewa, rasa sedih dan penyesalan
menyelimuti diriku kala itu, kenapa harus seperti ini kisahku dengan sahabat
terbaikku.
Aku memegang kado yang akan aku berikan kepada mereka
dengan sangat erat, aku tertunduk dan menjatuhkan diri ke tanah. Aku seperti
mendengar petir di siang hari. Bagaimana tidak ketika aku mendatangi rumah
Hilmi Ibunya berkata “Yang sabar ya Ndo, kamu harus kuat.” Awalanya aku tidak
mengerti namun ketika Ibu nya memelukku dan berkata jika Hilmi dan Raka sudah
lama meninggal dunia itu yang membuat aku sangat terpukul.
Saat disana semua orang melihatku dengan tatapan heran,
karena mungkin hanya aku saja yang tidak tau jika Raka dan Hilmi telah tiada.
Hancur sangat hancur dan rasanya hatiku sakit sekali
lebih sakit dari aku di tinggal menikah oleh pacarku dulu. Aku berusha bangkit,
namun aku tidak kuat untuk menopak badanku. Rasanya tubuhku kehilangan kekuatan
untuk berdiri. Setelah rasa itu menyelimutiku aku jatuh ke tanah dan tidak
sadarkan diri. Aku terbangun, melihat sekelilingku banyak sekali orang dan
rasanya sangat pengap sekali, Rasa sesak itu datang lagi.
Setiap kali aku mengingat mereka rasanya sesak dadaku,
karena mereka meninggal karena ingin mengunjungiku saat tahun baru. Mobil yang
mereka tumpangi kehilangan kendali dan terpererosok kedalam jurang. Raka
meninggal di tempat sedangkan Hilmi masih sempat di rawat di rumah sakit jadi
ia menyiapkan semuanya atas nama mereka berdua. Namun pada akhirnya Hilmipun meninggal dunia. Dan yang selalu bertukar kabar
denganku selama di Batam adalah tetangga Hilmi.
Aku sangat menyesal tidak mengunjungi mereka saat tahun
baru, karena begitu sibuknya aku dengan pekerjaanku. Aku sangat merindukan
mereka. Mungkin ada alasan tertentu kenapa mereka semua merahasiakan semuanya
dariku. Aku tidak perdulikan itu semua karena aku tidak bisa menyalahkan
siapapun atas kejadian itu kecuali diriku sendiri.
Aku sangat merindukan kehadiran mereka, sejak aku tau
mereka telah tiada setiap hari aku selalu mengunjungi tepat peristirahatan
terakhir mereka. Karena aku tidak bisa menggantikan rasa rindu mereka terhadapku
dan akupun tidak bisa mengobati rinduku terhadap mereka, maka aku berharap bisa
menggantikan rindu yang tidak samapai ini kelak.

Pernah ngalamin begini
BalasHapusYg lebih parah lagi cinta tak sampai😥
yang sabar ya. sebelum janur kuning melengkung nasih bisa di tikung 😅
Hapus