Minggu, 14 Juni 2020

Rindu tak sampai


Rindu Tak Sampai

Gemercik air dan kicau burung menajadi satu, angin berhembus dengan lembutnya membuat pepohonan bergoyang seirama dengan arah mata angin tersebut. Suasana Desa yang masih Asri membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan nyaman berada disana. Aku menikmati suasana itu setiap hari, karena aku tidak akan merasakan suasana ini di Jakarta. Bangun lebih awal dan segera bergegas berlari-lari kecil di jalan raya, itulah yang aku lakukan setiap hari. Kadang aku sampai lupa jika aku di sana hanya beberapa hari saja.


Setelah satu mingu berada di kampung halaman tercinta aku segera berangkat menuju Jakarta kembali karena pekerjaan sudah menungguku dengan sabar.

Namaku Zihan Cantika, aku sering dipanggil Zihan oleh teman-temanku dan begitupun sahabatku. Aku dan dua orang sahabatku selalu berkumpul saat masih sekolah, namun setelah kami semua bekerja membuat banyak sekali kesibukan dan berbagai alsan saat akan berjumpa.

Raka Nur Adiputra dan Muhammad Hilmi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kami bersekolah di sekolah yang sama, sampai akhirnya kami berpisah karena aku harus pindah ke Batam dan mereka tetap di kampung halamanku Solo. Rasanya aku tak bisa berpisah dari mereka tapi aku tidak bisa membantah kedua orangtuaku, disana aku bekerja selama satu tahun dan selama disana aku selalu menghabiskan waktu luangku bersama kedua sahabatku. Tak cukup rasanya waktu kami bertiga untuk terus bertukar kabar tanpa adanya sebuah pertemuan.

Tahun baru di Batam ...

Rasa gembira membuat aku lupa jika ada hal yang haru aku lakukan di malam tahun baru itu, sampai pada akhirnya ada konflik antara persahabatan kami bertiga. Aku merasa tak enak hati kepad mereka namun apalah daya aku tidak bisa mengusahakn apa-apa karena aku sibuk dengan pekerjaanku dan tidak sempat untuk melihat handphone sama sekali.

Selama tiga bulan aku tidak bertukar kabar dengan Raka dan Hilmi, tapi bukan Zihan namanya jika tidak tau apa yang harus dilakukan.

Aku memutuskan untuk pulang ke Solo, walaupun aku banyak berdebat dengan atasanku kala itu aku sangat ingin pulang lebih awal dari biasanya, karena aku ingin mempertahankan persahabatan antara Aku, Raka dan Hilmi.

Sesampai di tempat kelahiranku, aku tidak bisa menemukan mereka. Padahal aku hanya tidak betukar kabar dengan mereka beberapa bulan saja. Kedua orangtua mereka bilang  jika  mereka berdua bekerja di Tuban, ingin rasanya aku susul mereka namun aku tidak bisa berlama-lama di tempatku aku harus segera kembali.

Aku selalu berusaha menghubungi mereka tapi sayangnya belum pernah ada jawaban, melalu media sosial atau bahkan menggunakan surat kabar sudah aku lakukan, namun hasilnya tetap sama. Tidak ada kabar sama sekali.

Rahasia Tuhan memang selalu menjadi kejutan bagiku, pada ulang tahunku mereka memberikanku kado dan itu sangat indah sekali. Baju yang sudah lama ingin aku beli dan beberapa aksesoris lainnya yang aku inginkan kala itu, semuanya ada disana. Aku sangat senang dengan hadiah yang sahabatku berikan sampai-sampai aku tidak menyadari jika air mataku mengalir dengan derasnya.

Di dalam kotak itu aku menemukan berbagai kenangan kami selama bersama, foto bersama saat kami masih kecil dan disetiap ulang tahun kami masing-masing selalu ada momen indah. Walaupun hanya hal sederhana tapi aku sangat suka dengan kesederhanaan itu.

Aku membaca setiap surat yang mereka berikan, aku segera menelpon nomor yang tertera disana. Aku sangat bahagia karena panggilan tersebut terhubung. Aku menunggu jawaban dari sana, dan akhirnya aku mendengar suara suara laki-laki yang selama ini aku rindukan.

Perlahan aku menghapus setiap air mata yang semakin deras mengalir dan aku berbicara dengannya dengan penuh rasa rindu dan amat sangat rindu. “Hilmi, aku tuh kangen tau sama kamu. Aku itu pulang ke Solo buat ketemu kalian berdua tapi hasilnya apa? Aku ngga dapet apa-apa. Kalian itu kemana sih? Aku udah hubungin kalian berkali-kali tapi ngag ada yang bisa aku hubungi sama sekali. Tega tau ngga.” Dengan sedikit terisak Aku mencoba untuk tetap tegar. Karena dianatara mereka Aku adalah orang yang paling berani menentang segala aturan kala itu.

Aku memang tidak bisa berbicara dengan Raka namun setidaknya aku sudah berbincang dengan Hilmi walaupun hanya sekejap tapi aku sangat bahagia. Setelah ulang tahunku aku kembali menjadi seorang yang periang dan cukup susah untuk di kondisikan, karena setiap pagi Hilmi dan Raka akan memberikan pesan ucapan selamat pagi atau bahkan beberapa perhatian mereka di pagi hari ataupun di malam hari. Aku dan kedua sahabatku memang tidak pernah lagi menghabiskan waktu dengan video call namuan pesan-pesan yang mereka kirim setidaknya mewakili perasaan mereka masing-masing. Rasa rindu yang semakin hari menggebu-gebu.

Seiring berjalannya waktu aku merasa aneh dengan pesan yang mereka kirim, karena seolah-olah pesan itu di kirim oleh orang yang sama. Aku merasa aneh karena rasanya setiap hari aku mendapatkan pesan yang sama tapi dari orang ynag berbeda.

Awalnya aku tidak hiraukan perasaan itu, namun semakin lama aku semakin yakin sepertinya itu bukan sahabatku yang dulu aku kenal. Pertanyan demi pertanyaan bermunculan dalam benakku, aku mencoba menelpon mereka tapi mereka tidak pernah menjawab telponku.

Akhirnya aku memutuskan kembali ke Solo walaupun aku harus kehilangan pekerjaan setidaknya aku tidak kehilngan sahabat terbaikku. Namun, takdir tuhan berkata lain.

Aku tidak dapat berjumpa dengan mereka,

Rasa hancur, rasa kecewa, rasa sedih dan penyesalan menyelimuti diriku kala itu, kenapa harus seperti ini kisahku dengan sahabat terbaikku.

Aku memegang kado yang akan aku berikan kepada mereka dengan sangat erat, aku tertunduk dan menjatuhkan diri ke tanah. Aku seperti mendengar petir di siang hari. Bagaimana tidak ketika aku mendatangi rumah Hilmi Ibunya berkata “Yang sabar ya Ndo, kamu harus kuat.” Awalanya aku tidak mengerti namun ketika Ibu nya memelukku dan berkata jika Hilmi dan Raka sudah lama meninggal dunia itu yang membuat aku sangat terpukul.

Saat disana semua orang melihatku dengan tatapan heran, karena mungkin hanya aku saja yang tidak tau jika Raka dan Hilmi telah tiada.

Hancur sangat hancur dan rasanya hatiku sakit sekali lebih sakit dari aku di tinggal menikah oleh pacarku dulu. Aku berusha bangkit, namun aku tidak kuat untuk menopak badanku. Rasanya tubuhku kehilangan kekuatan untuk berdiri. Setelah rasa itu menyelimutiku aku jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri. Aku terbangun, melihat sekelilingku banyak sekali orang dan rasanya sangat pengap sekali, Rasa sesak itu datang lagi.

Setiap kali aku mengingat mereka rasanya sesak dadaku, karena mereka meninggal karena ingin mengunjungiku saat tahun baru. Mobil yang mereka tumpangi kehilangan kendali dan terpererosok kedalam jurang. Raka meninggal di tempat sedangkan Hilmi masih sempat di rawat di rumah sakit jadi ia menyiapkan semuanya atas nama mereka berdua. Namun pada akhirnya Hilmipun meninggal dunia. Dan yang selalu bertukar kabar denganku selama di Batam adalah tetangga Hilmi.

Aku sangat menyesal tidak mengunjungi mereka saat tahun baru, karena begitu sibuknya aku dengan pekerjaanku. Aku sangat merindukan mereka. Mungkin ada alasan tertentu kenapa mereka semua merahasiakan semuanya dariku. Aku tidak perdulikan itu semua karena aku tidak bisa menyalahkan siapapun atas kejadian itu kecuali diriku sendiri.

Aku sangat merindukan kehadiran mereka, sejak aku tau mereka telah tiada setiap hari aku selalu mengunjungi tepat peristirahatan terakhir mereka. Karena aku tidak bisa menggantikan rasa rindu mereka terhadapku dan akupun tidak bisa mengobati rinduku terhadap mereka, maka aku berharap bisa menggantikan rindu yang tidak samapai ini kelak.










2 komentar:

  1. Pernah ngalamin begini
    Yg lebih parah lagi cinta tak sampai😥

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang sabar ya. sebelum janur kuning melengkung nasih bisa di tikung 😅

      Hapus

LUKAKU

Andai saja aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin terlahir ke dunia ini. menjadi anak pertama sekaligus kaka dari kedua adikku adalah hal y...